Sinopsis
C
|
aroline Gladis Firmansyah
(Carol) berusia 24 tahun dipermalukan dihadapan
keluarga dan seluruh warga Kelurahan Girimerta, sekaligus diusir secara
ramai-ramai oleh seluruh warga itu, termasuk oleh kedua orang tuanya sendiri
karena mereka beranggapan; Caroline telah ternoda dan telah membuat aib
keluarga kepergok langsung oleh warga termasuk oleh para petugas kelurahan. Christian
Rudolf Wibisono berusia
35 tahun sebagai tersangka pria, dapat melepaskan diri kabur dari rumah
Caroline.
Dalam perasaan malu, ternoda dan getir di hati, Caroline teraniaya dan
pedih harus pergi dari rumah, pilihannya Ibukota Jakarta, akan mencari
Christian yang telah menodai, merenggut kehormatannya, sekalian akan bekerjakeras dalam karier di Kota Jakarta, sekaligus
ingin menunjukkan kepada orang-orang yang pada telah bangga menghina dan
bahagia pada mengusirnya.
Selama perjalannya ke Jakarta, Caroline menghadapi berbagai halangan dan
rintangan, dan di Jakarta terjebak dunia gelap. Perbedaan teman dan
perselisihanpun terjadi, Ia terjebak dan dijebloskan pula ke Jeruji Besi karena
kasus Psikotropika. Tetapi demi harga diri, Ia memiliki main set & goal
setting, dan tetap memperjuangankan hidupnya, dibantu teman-temannya dan salah seorang teman setianya seorang Penulis
Buku yang selalu memberikan dukungan moral positif,
termasuk bagaimana cara membuka jaringan usaha dan lain sebagainya, juga
belajar ilmu bela diri Kungfu Shaolin Utara Selatan. Berbekal ilmu bela diri
Kungfu itu, siapapun yang dapat menghalanginya dapat dikondisikannya, terjadi
aksi beberapa kali yang harus segera dihadapinya demi membela harga dirinya,
termasuk dapat mengungkap konspirasi dan para provokator serta musuh dalam
selimutnya; keluarganya sendiri.
Rasa cinta,
keluarga, pengorbanan,
kepedihan, berhati emas dan mulia serta perjuangan demi harga diri
dikomunikasikan dengan bekerjakeras bersama sahabatnya
yang baik dapat mengalahkan segalanya. Mendapatkan cinta sejati dan kesuksesan. Orang yang semula dianggap
nista dan ternoda, namun ternyata Ia berhati emas dan mulia, dapat membantu
Anak-Anak Yatim Piatu. Bahkan Ibadah Haji bersama mereka dan para karyawannya
pula. KepadaMu Kubersujud bersama mereka di Tanah Suci, Mekah, Arab Saudi dapat
terealisasikannya. Orang-orang yang semula pada menghina dan mengusirnya
kemudian pada menghormatinya karena Ia tidak bersalah dan sukses menjadi
seorang dermawan yang dicintainya.
Apa sajakah berbagai rintangan yang selalu menghalanginya itu? Siapakah teman yang baik dan teman yang tidak
baik itu? Bagaimana perjuangan mengungkap konspirasi dan provokatornya itu?
Hikmah apa sajakah yang dapat diperoleh dari kisah nyata seorang perempuan
teraniaya namun berhati emas dan mulia ini? Simak lengkap dalam buku Kisah Nyata KepadaMu Kubersujud ini.
=====o0o=====
P
|
enulis
mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih
kepada
Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan buku kisah nyata yang berjudul “KepadaMu Kubersujud” setelah sekian
lama dapat observasi dan investigasi interaktif langsung ke lapangan dengan
para pelakunya sebagai nara sumber terkait. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua nara sumber khususnya kepada
para pelaku (Tokoh) terkait langsung yang
terlibat di dalam kisah kehidupan realita yang terkupas dalam buku kisah nyata ini.
Bertahun-tahun penulis
terjun ke lapangan untuk dapat observasi dari beraneka ragam kasus dan gaya
hidup serta kehidupan masyarakat, baik diperkotaan maupun di pedesaan sesuai
dengan topik bahasan buku ini, sekaligus mengkaji ulang kasus untuk buku kisah
nyata KepadaMu Kubersujud ini. Setelah penulis terjun ke lapangan dan
berinteraksi langsung dengan para pelakunya, ternyata banyak kasus dan kisah kehidupan
realita sangat mengharukan dan sangat mengenaskan tetapi manusiawi, bisa
penulis sampaikan seperti dalam salah satu contohnya kisah nyata ini. Nara
sumbernya sendiri terdiri dari beraneka ragam tempat dan berbagai nama, juga
jabatan. Penulis juga berusaha untuk dapat menutupi sekaligus menjaga kerahasiaan
dan privacy-nya masing-masing.
Penulis juga mohon
ma’af menggunakan nama-nama samaran dan
nama-nama tempat yang disamarkan pula. Tidak
bermaksud untuk mendiskreditkan nama-nama dan tempat-tempat yang tercantum
dalam buku kisah nyata ini. Karena apapun jenis tulisan dan bentuknya harus
menggunakan nama dan tempat pula. Dengan adanya catatan deskriptif garis besar pointer-pointer
kisah nyata semi dokumenter kehidupan realitas yang terjadi dan terkupas dalam buku kisah nyata ini sesuai dengan
perjalanan para pelakunya itu, dapat mengambil hikmahnya. Dan bahkan banyak
pelajaran inspiratif sangat berharga yang dapat diperoleh tergantung cara kita
menyingkapinya dari sudut pandang yang mana.
Jika salah satu buku sebagai catatan kisah
nyata ini jauh dari memuaskan para pembaca yang budiman dimanapun Anda berada, penulis mohon ma’af yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran membangun
tetap kami dapat tampung untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. Semoga Buku Kisah
Nyata KepadaMu Kubersujud ini dapat bermanfa’at untuk para pembaca yang budiman
dimanapun Anda berada. Dan dapat diambil hikmahnya pula.
Demikian penulis sampaikan,
kurang lebihnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semuanya, khususnya
kepada para nara sumber dan umumnya kepada para pembaca yang budiman dimanapun
Anda berada. Terima kasih dan selamat membaca…!!
By. : Penulis.
Prolog
Pengusiran
Caroline
C
|
aroline Gladis Firmansyah
(Carol) dipermalukan di-arak ramai-ramai dihadapan
keluarga dan seluruh warga, sekaligus pada diusir secara ramai-ramai oleh
seluruh warga itu, termasuk oleh kedua orang tuanya sendiri karena mereka
beranggapan; Caroline telah ternoda dan telah membuat aib keluarganya. Caroline
teraniaya dan pedih harus pergi dari rumah, pilihannya Ibukota Jakarta, akan mencari
Christian yang telah menodai, merenggut kehormatannya yang berhasil kabur, sekalian akan bekerjakeras dalam karier di Kota
Jakarta, sekaligus ingin menunjukkan kepada orang-orang yang pada telah bangga
menghina dan bahagia mengusirnya.
Ia sendiri terjebak dan
dijebloskan pula ke Jeruji Besi karena kasus Psikotropika. Tetapi demi harga
diri, Ia memiliki main set & goal setting, dan tetap memperjuangankan
hidupnya, dibantu
teman-temannya dan salah seorang teman setianya
seorang Penulis
Buku, yang selalu memberikan dukungan moral positif, rasa
cinta,
keluarga, pengorbanan,
kepedihan, berhati emas dan mulia serta perjuangan demi harga diri,
dikomunikasikan dengan bekerjakeras pantrang menyerah bersama sahabatnya
yang baik dapat mengalahkan segalanya. Dapat meraih cinta sejati
dan kesuksesan pula, sekaligus dapat mengungkap konspirasi dan provokator, juga
musuh dalam selimutnya itu.
Orang yang semula dianggap nista dan ternoda, namun ternyata Ia berhati
emas dan mulia, dapat membantu Anak-Anak Yatim Piatu. Bahkan Ibadah Haji
bersama mereka dan para karyawannya pula. KepadaMu Kubersujud bersama mereka di
Tanah Suci, Mekah, Arab Saudi dapat terealisasikannya. Orang-orang yang semula
pada menghina dan mengusirnya kemudian pada menghormatinya karena ternyata Ia
tidak bersalah dan bahkan sukses menjadi seorang dermawan yang dicintainya
sendiri.
=====o0o=====
B
|
ulan Desember Tahun 1994 musim hujan belum berhenti. Kadang hujan deras dan
kadang gerimis, dan terkadang hujan terus menerus pula, hal ini hampir merata
di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai Negara Tropis.
Kondisi udara-pun tak dapat menentu, kadang hangat dan panas, terkadang terasa
dingin sekali, sekalipun disiang hari. Dan bahkan kita semua memerlukan alat
bantu untuk menghangatkan kondisi badan kita semua, seperti memakai jacket atau
sweater dan lain sejenisnya pula, agar kondisi badan dan metabolisme tubuh dapat
tetap terjaga dan tetap stabil, tetap dapat menjalankan segala aktivitas dan
rutinitasnya sehari-hari pula.
Sosial dan budaya di NKRI ini pun berkembang sangat pesat. Dan bahkan
bercampur dengan budaya asing yang tidak dapat dibendung lagi walau pihak
terkait dan masyarakat Indonesia pada telah berusaha untuk dapat menyaringnya
sesuai dengan palsafah dan landasan kebudayaan yang terdapat di NKRI ini. Sosial
budaya mulai dari Ibukota Jakarta dan kota-kota besar provinsi hingga pedesaan-pun
tampak terlihat sama saja. Dan sekaligus dapat dilihat dari segala
infrastruktur pendukungnya yang ada disekitar kita semua, menandakan jika kita
semua pada berkembang secara terus menerus tanpa berhenti diperjalanan dan
ditelan waktu.
Bidang perekonomian dan gaya hidup masyarakat di NKRI ini terlihat
semakin berkembang sangat pesat, mulai dari pusat hingga hilir ke pedesaan pula.
Berbagai sarana dan prasarana terus berkembang dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan para penggunanya itu, khususnya di Pulau Jawa yang paling banyak
penduduk dan sarana pendukungnya. Mulai dari dunia usaha (Business) hingga
bidang-bidang yang lainnya, seperti bidang Edukasi dan lain sejenisnya. Dengan
pesatnya berbagai perkembangan itu menuntut berbagai kebutuhan yang lainnya dan
berbagai gaya hidup pun tak dapat dihindarkannya, mencerminkan bagian dari
masyarakat global yang telah menjadi satu sistim kesatuan “Globalisasi Gaya Hidup” yang tampak terlihat semuanya dapat merata.
Gaya hidup di di pedesaan-pedesaan-pun terlihat sama dengan diberbagai
kota besar di NKRI ini. Mulai cara berpakaian, business, edukasi, sopan santun,
tata karma, cara berbicara dengan menggunakan aneka teknologi HandPhone (HP)
dan media pendukung lainnya seperti internet dengan Personal Computernya (PC)
dan Laptop, serta aneka pendukung lain-lainnya, dapat merambah dan berkembang serta
menjangkau ke pedesaan-pedesaan, sesuai dengan anggaran mereka demi gaya
hidupnya masing-masing dalam globalisasi gaya hidup itu.
Untuk mendukung dunia pariwisata-pun tampak terlihat jelas berbagai
tempat pada direnovasi dan direklamasi, dikembangkan oleh para pengembang professional
untuk dapat membangun berbagai sarana dan prasarananya, mulai dari shopping
center, perhotelan, resort, restoran, fast food, night club dan lain
sebagainya. Hal ini terjadi mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah
daerah. Berbagai shopping center, hotel dan bangunan sangat indah dan menarik
pada berdiri kokoh baik diperkotaan maupun dipedesaan untuk mendukung
objek-objek pariwisatanya. Pesatnya perkembangan ini dimanfa’atkan oleh para
pemilik modal besar dapat mengembangkan sayap usahanya dari berbagai sektor
pula.
Berbagai jenis business mulai dari yang halal hingga yang haram-pun kini
semakin berkembang sangat pesat dan tersedia hingga merambah ke
pelososk-pelosok. Kesempatan globalisasi gaya hidup ini dimanfa’atkan oleh para
broker-broker dan gembong-gembong Narkoba atau Psikotropika, bekerjasama dengan
para konspirasinya; agennya dan para penggunanya secara langsung di lapangan.
Pihak pemerintah mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah termasuk
kelurahan dan pedesaan pada bekerjasama untuk dapat menyetop peredaran
Psiktropika itu tanpa kecuali, demi generasi yang lebih baik dan lebih sehat,
juga generasi lebih cerdas bagian dari masyarakat global ini.
Salah satu kelurahan di Semarang Jawa Tengah, yang dapat berpartisipasi
dibidang program pemerintah dalam rangka membasmi peredaran Psikotropika, Kelurahan
Girimerta, mengikuti seminar dan lokakarya selama tiga hari, tanggal 27 hingga
29 Desember 1994, di salah satu hotel di Kota Semarang. Dipagi hari tepat
tanggal 3 Januari 1995, ketika seluruh Staff dan Lurah Kelurahan Girimerta pada
sedang bertugas di dalam ruangan Kantor Kelurahan pada sedang membahas seminar dan
lokakarya yang telah diselenggarakan dan diikutinya di bulan Desember Tahun
1994 itu, tiba-tiba kini banyak warga kelurahan yang pada datang ke sekitar dalam
Keluarahan Girimerta.
“Asslamu’alaikum, Pak Lurah Mardi Grahadi Ismail.” Sapa seluruh warga
itu, yang terlihat dari berbagai usia dan mereka ada yang pada memakai pakain
batik pula, celana panjangnya terbuat dari katun beraneka ragam model dan
warna, bahkan ada yang pada memakai celana jeans pula, sementara kaki-kaki-nya
ada yang pada memakai sepatu cats dan ada pula yang pada memakai sandal jepit,
juga sandal kulit asli. Dan ada juga beberapa orang yang pada memakai topi
model terkini, mencerminkan warga yang tidak ketinggalan zaman dan mode.
“Ya, wa’alaikum salam Bapak-bapak dan Ibu-ibu. Apa yang dapat kami bantu
ini.!?” Kata Lurah Mardi Grahadi Ismail, yang kini terlihat memakai seragam
Kelurahan Girimerta berwarna krem, sama dengan para Staff yang lainnya, dan
terdapat logo kelurahan serta kabupaten yang bersangkutan, sementara sepatu dan
ikat pinggang warna hitamnya terlihat asli, terbuat dari kulit sapi yang cukup
tebal. Terlihat Lurah Mardi yang telah berusia 45 Tahun itu cukup wibawa dan
bijaksana pula, para Staff-nya baik yang perempuan maupun yang laki-laki kini pada
berdiri ada yang disampingnya dan ada pula di bagian belakangnya, pada turut memperhatikan
seluruh warga itu pula yang kini saling berhadapan dengan rombongan Lurah Mardi
itu.
“Ma’af, pagi-pagi kami mengganggu aktivitas Pak Lurah Mardi, Pak Dito
Handoyo, Pak Sandy Kristanto dan yang lainnya.” Kata Hartono Supiar yang telah
berusia 28 Tahun itu agak malu-malu. “Tidak apa-apa, Pak Hartono. Ada apa ini?
Apa yang dapat kami bantu, Pak Hartono? Silahkan pada duduk dulu, Bapak-bapak
dan Ibu-ibu.!” kata Lurah Mardi itu sambil mempersilahkan duduk, tangan
kanannya mengarahkan pada beberapa kursi berwarna coklat yang terdapat di dalam
ruangan Kelurahan Girimerta. “Oh, Ma’af, Pak Lurah Mardi. Kami tidak bisa
lama-lama. Kami dan teman-teman beserta warga Kelurahan Girimerta ini hanya
akan menyampaikan informasi, jika sekarang dirumahnya Bapak Chandra Garry
Firmansyah dan Ibu Joanna Rosa Firmansyah sedang terjadi…. Sedang terjadi….”
Kata Hartono terputus-putus bicaranya dan tidak dilanjutkan, lalu dengan serba
salahnya kini menatap pada teman-temannya itu yang masih pada berdiri dibagian
belakangnya.
Sejenak Lurah Mardi dan para Staff-nya terlihat pada berfikir pula
tetapi tatapan-tatapan bola matanya kini tertuju pada Hartono dan yang lainnya.
“Ada apa, Pak Hartono Supiar.? Langsung saja bicara sampean kan sudah dewasa.
Kenapa harus ragu-ragu dan malu bicara dengan saya.?” Kata Lurah Mardi. “Anu, Pak
Lurah Mardi. Dirumahnya Pak Chandra dan Ibu Joanna sedang terjadi transaksi
Narkoba atau Psikotropika dan Pesta Sex dengan orang yang tidak dikenal.!!
Untuk itu kami melaporkan bersama sekaligus dapat menjemput Bapak-Bapak dan
Ibu-Ibu semuanya dari kelurahan ini. Kita lihat dan buktikan saja mereka itu pada
sedang bertransaksi Psikotropika. Jika perlu, mereka sekalian ditangkap saja
dan jebloskan ke dalam penjara, Pak Lurah Mardi..!!” kata Hartono meyakinkan,
sambil sesekali melihat teman-temannya. “Betul, pak Lurah Mardi..!! Betul..!!”
teriak teman-temannya dan warga itu pada turut meng-amini-nya pula,
tangan-tangan kanannya pada di angkat tinggi-tinggi pula.
Mendengar laporan para warga seperti itu, terlihat Lurah Mardi kaget dan
wajahnya menjadi kecut, lalu menatap para Staff-nya. “Apakah perkataan sampean
itu dapat dipertanggung jawabkan, Pak hartono.!?” Tanya Lurah Mardi itu. “Iya,
Pak Lurah Mardi. Silahkan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu pada datang kesana dan buktikan
di atas meja teras rumahnya juga terdapat paket yang menurut kami sangat
mencurigakan juga, Pak.!! Tangkap saja mereka itu sekarang juga.!!” Kata
Hartono kini percaya diri. “Iya, Pak Lurah Mardi. Khawatir mereka pada keburu
kabur.!!” Kata warga yang lain turut menimpalinya juga. “Pak Mardi. Minggu kemaren
ketika kita pada sedang mengikuti seminar dan lokakarya di Ball Room Hotel La-Costa,
saat kita pada beristirahat di lobby Hotel La-Costa itu kita dapat memergokin
Saudari Caroline Gladis Firmansyah sedang berduaan dan bercumbu rayu dengan
orang tak dikenal itu. Mungkin betul juga, Pak Mardi.” Kata Dito Handoyo yang
baru berusia 40 Tahun, sebagai Staff-nya kelurahan itu. “Betul, Pak Mardi. Kita
kan minggu kemaren sama-sama pada dapat melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Box-box hitam itu, Pak Mardi.” Kata Sandy Kristanto yang telah berusia 37 Tahun
itu, masih sebagai Staff-nya kelurahan pula. Sejenak Lurah Mardi termenung
sambil berbicara. “Iya, iya, iya, saya ingat itu..! Ya sudah, Bapak-Bapak dan
Ibu-Ibu, kita sekarang kesana sekalian. Pak Satpam ikut juga, Pak..!!” Perintah
Lurah Mardi. “Baik, Pak Mardi. Siap..!” jawab Satpam Kelurahan bernama Ordano
Wibowo yang telah berusiua 35 Tahun itu bersemangat pula.
Dan mereka-pun kini pada bergegas melangkah bersama, hendak menghampiri
rumah kediaman milik Chandra Garry Firmansyah atas dasar laporan para warga yang
sangat meyakinkan itu pula. Selama mereka melangkah, para Staff kelurahan pada
mengomentarin kostum yang pada dipakai oleh Hartono dan teman-temannya itu. “Pak
Hartono dan teman-temannya ini, pakaiannya boleh juga ya.!!? Modis sekali..!!?”
Kata Dito. “Iya. Aku dari tadi memperhatikannya bagus-bagus juga. Tak mau kalah
dengan penampilan orang-orang kota nih, Pak Hartono dan teman-temannya ini.”
Kata Sandy menimpalinya. “Betul, Pak Dito dan Pak Sandy. Pak Hartono dan
teman-temannya ini pada keren-keren pakaiannya ini.” Kata Satpam Ordano turut
mengomentarin. “Wah, Bapak-Bapak ini bisa saja. Aku dan teman-teman ini
kebetulan sedang pada punya rizki lebih saja. Terima kasih atas pujiannya Pak.”
Kata Hartono malu-malu dan bangga juga dipuji.
Setibanya dihadapan rumah Chandra Garry Firmansyah, kini tampak terlihat
beberapa warga yang lainnya pada sedang berdiri seperti yang pada sedang
mengintainya pula. Para petugas kelurahanpun mulai pada percaya jika laporan
itu benar. Dan para warga sebagian pada sedang bersembunyi dibalik-balik pohon
bunga di taman depan rumah itu karena rumahnya sangat besar dan cukup mewah
pula. Garasi mobilnya terdapat di sebelah sampingnya pula tetapi roling
door-nya tertutup rapat sekali. Halaman yang dijadikan taman bunga itu juga
sangat luas dan sangat lebar, terdapat beberapa kursi besi dan kursi sofa
terbuat dari kayu pula agar kuat dari serangan air hujan itu. Di taman itu-pun
terdapat beberapa pohon manga dan pohon lengkeng, juga pohon rambutan.
Dan di atas meja bagian teras rumah itu benar terdapat packing box
sangat besar dan sangat mencurigakan pula, sesuai dengan laporan warga
kelurahan itu. Kemudian packing box itu diambilnya oleh Dito, lalu dibukanya,
dan ternyata terdapat ganja dan beberapa box hitam itu. Bahkan terdapat
beberapa bungkus pelindung (Kondom) laki-laki pula. Karuan saja para petugas kelurahan
itu saling tatap menatap satu dengan yang lainnya, termasuk dengan seluruh
warga yang pada telah memperhatikannya, khususnya Hartono dan teman-temannya sebagai
para pelapornya. “Pak Hartono dan teman-teman serta warga ini benar.! Ini
Psikotropika. Kalau yang ini kondom.!!!” Kata Pak Dito kini menatap Lurah Mardi
itu yang masih memperhatikan ganja dan box-box hitam itu. Kemudian Dito membuka
salah satu box, setelah terbuka ternyata di dalamnya terdapat ratusan ekstasi
dan yang lainnya. Lalu box hitam yang lainnya dibuka pula, dan ternyata
shabu-shabu. “Iya, betul. Ini Psikotropika semuanya.!!” Kata Lurah Mardi.
“Assalamu’alaikum. Assalamu’alaikum..!!” sapa Satpam Ordano sambil meketok-ketok
pintu rumah Chandra itu, sementara yang lainnya kini pada terdiam dan pada berdiri,
menunggu reaksi dari dalam rumah. “Assalamu’alaikum, apakah Pak Chandranya
ada..!!?” sapa Satpam Ordano, kini agak keras. “Ya, Wa’alaikum salam.! Pak
Chandra sedang tidak ada dirumah.!! Tunggu sebentar.!!” Jawab orang perempuan dari
dalam rumah Chandra itu, lalu terdengar bunyi suara pintu itu dibukanya dari
bagian dalam. Ketika pintu dibuka kini terlihat seorang wanita cantik sekali,
badannya tinggi dan langsing, berkulit lembut, bulu matanya lentik, hidungnya
mancung, rambutnya terurai panjang, tetapi pakaiannya masih terlihat sangat berantakkan,
bahkan kini sambil memebetulkan pakaiannya sendiri seperti yang sedang
tergesa-gesa pula. Wajahnya terlihat panik sambil menatap kepada semuanya,
terlihat gugup dan serba salah, juga salah tingkah. Lalu Caroline Gladis Firmansyah, yang berusia 24 Tahun dan lahir pada tanggal 18 Agustus 1972 itu, yang
kini tampak terlihat lemas sekali dan wajahnya terlihat pucat menatap tajam pada
barang bawaan yang dibawa oleh petugas kelurahan, Dito Handoyo itu.
“Ada apa nih Bapak-bapak dan Ibu-ibu? Apa yang dapat saya bantu?” kata
Caroline terlihat masih panik dan kaget, lalu Caroline yang gugup masih membetulkan
kancing-kancing bajunya itu karena mereka pada memperhatikannya pula, dan bahkan
ada yang terlihat tersenyum sinis seperti yang pada sedang meledekinnya.
Caroline-pun kini dapat melihat Hartono dan teman-temannya tampak pada
tersenyum sinis dan nakal, melihat wanita cantik walau sedang lemas, lalu Caroline
kini menutup dadanya sendiri sambil baju berwarna ungunya ditarik ke bagian
atasnya, membuat mereka merasa semakin yakin jika di dalam rumah sedang terjadi
hubungan intim dengan laki-laki yang pada tidak dikenalnya, apalagi kini
terlihat Caroline sendiri tampak lemas dan berantakan seperti itu.
“Boleh kami pada masuk,
Saudari Carol?” Tanya Lurah Mardi itu masih kalem. “Oh, silahkan, Bapak-Bapak
dan Ibu-Ibu. Silahkan masuk.!!” Kata Caroline serba salah dan gugup, sambil
mempersilahkan mereka pada masuk ke dalam rumahnya. Lalu mereka pada memasuki
dalam ruangan rumah yang sangat besar dan luas. “Silahkan duduk, Bapak-Bapak
dan Ibu-Ibu semuanya. Jika masih kurang tertampung, saya mohon ma’af sekali, yang
lainnya masih bisa menggunakan kursi yang terdapat di teras bagian luar.” Kata
Caroline. “Baik, terima kasih, Saudari Carol” kata Lurah Mardi. “Iya, terima
kasih.” Jawab yang lainnya dengan tatapan-tatapan bola mata tajam penuh selidiknya
itu.
Petugas kelurahan sendiri
tatapan-tatapan bola matanya pada sangat jeli khususnya Lurah Mardi. Mereka
pada melihat kesana kemari terlihat sangat tajam dan mengandung arti sangat
dalam. Lalu mereka pada menatap sepatu kulit laki-laki berwarna hitam yang
terlihat sangat bagus dan berkualitas, tas hitam pinggang ber-merk, beberapa
bungkus rokok dan korek apinya serta asbaknya, beberapa soft drink, secangkir kopi,
dua gelas air mineral, beberapa camilan kue kering dan kue basah, dan kacamata
hitam laki-laki yang pernah dipakai di dalam hotel itu pula. Lalu Lurah Mardi mengambil
tas pinggang milik Christian itu, dan setelah dibuka ternyata di dalamnya
berisi beberapa bungkus pelindung (Kondom) pula. Kemudian Lurah Mardi menatap
Caroline sangat tajam, kini sambil mendengarkan bunyi suara yang terdengar dari
dalam kamar Caroline itu sendiri.
Menyaksikan kondisi seperti
itu Caroline semakin heran dan kaget, tetapi Caroline tetap sabar sambil bergegas
memanggil pembantunya. “Siti Maesyaroh. Tolong bawa air mineral gelas yang di dalam
dus itu, bawa semuanya ke depan. Di depan banyak tamu. Tolong ya, sekalian
dengan kue-kue yang di meja living room itu dibawa saja.!” Pinta Caroline
tergesa-gesa. “Baik, Non Carol.” Jawab Siti Maesyaroh yang baru bersusia 19
Tahun itu, terlihat sopan sekali. Terlihat Siti memakai kaos oblong berwarna
merah dan celana jeans berwarna hitam. “Terima kasih ya, Siti.” Kata Caroline. “Iya,
sama-sama, Non Carol.” Kata Siti dan langsung membawa air mineral di dalam dus itu
serta kue-kue-nya itu. Caroline lalu bergegas kembali menghampiri tamu-tamu itu.
“Aduh, tak usah merepotkan,
Saudari Carol.” Kata Lurah Mardi dan yang lainnya. “Tak apa-apa. Cuman air
minum dan camilan saja, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu. Silahkan diminum dan dimakan
kue-kue-nya. Matur lumayan seadanya saja.” Kata Caroline masih tetap gugup
sambil menatap Siti Maesyaroh. “Terima kasih ya, Siti.” Kata Caroline, kini sambil
duduk di depan Lurah Mardi dan bertanya kembali. “Iya, sama-sama, Non Carol.
Silahkan Bapak-bapak dan Ibu-ibu diminum airnya. Sekalian dicicipin camilan
kuenya.” jawab Siti bergegas hendak ke dapur kembali. “Oh, iya. Ada apa, Pak
Lurah Mardi? Apa yang dapat saya bantu nih, Pak?” Tanya Caroline masih penasaran,
sambil memperhatikan semuanya yang terlihat masih pada sedang mendengarkan
bunyi suara dari dalam kamar Caroline itu. Karuan saja Caroline yang terlihat
lemas itu juga semakin gugup dan salah tingkah menyaksikan kondisi mereka seperti
itu.
“Begini, Saudari Carol. Sehubungan
dengan Program Pemerintah Pusat dan Daerah pada sedang memberantas peredaran Psikotropika
yang semakin merajalela akhir-akhir ini, kami semua atas nama Kelurahan
Girimerta turut serta pula. Pada tanggal 27 hingga 29 Desember 1994 juga kami
turut serta dalam seminar dan lokakarya di Hotel La-Costa itu. Dan ketika kami pada sedang beristirahat sekaligus pada makan
siang bersama itu, kami semua pada dapat menyaksikan jika Saudari Caroli ini
sedang bersama teman-temannya di dalam hotel itu, sikap dan bahasa tubuhnya
sangat kami pertanyakan karena lain daripada yang lainnya itu. Atas laporan Warga
Kelurahan Girimerta juga, bersama ini kami hendak memeriksa Saudari Carol ini.
Anda bisa melihatnya sendiri, mereka semua pada melaporkannya kepada kami,
lihat sana tuh. Termasuk di dalam rumah ini telah kedatangan tamu yang tidak
kami kenali, dan terlihat asing bagi mereka semua. Di atas meja teras rumah Pak
Chandra dan Ibu Joanna juga terdapat paket Psikotropika seperti ini. Untuk itu
izinkan kami dari Kelurahan Girimerta dapat memeriksa Saudari Carol dan orang
yang bersangkutan itu, sebelum dibawa kepada yang berwajib.” Kata Lurah Mardi, sambil
memperlihatkan isi paket box itu, membuat Caroline kini semakin terperanjat dan
kaget juga gugup.
Belum juga Caroline dapat manjawabnya
kini malah diluar banyak yang pada berteriak pula. “Langsung tangkap saja dan
jebloskan ke penjara, Pak Lurah.!! Sudah jelas bersalah dan barang buktinya ada.!!”
Teriak warga itu. Dan ketika Caroline sempat menatapnya yang berteriak itu, terlihat
orang itu teman-temannya Hartono. “Iya tangkap saja langsung, Pak Lurah.!!
Jangan buang-buang waktu.!!” Teriaknya keras sekali. “Betul, Pak Lurah. Pak
Lurah Mardi sendiri baru saja melihat ada bukti Psikotropika dan kondom juga
kan.!? Pestanya terganggu tuh..!! Borgol saja langsung jangan buang-buang
waktu, Pak Lurah Mardi..!! Lekas tangkap yang laki-lakinya..!!” teriak Hartono
diperhatikan oleh Caroline sendiri dari balik kaca rumanya yang tembus pandang
keluar, membuat Caroline kini semakin terhenyak kaget serasa terjebak.
Bersamaan dengan itu kini Caroline merasa mual-mual dan ingin muntah
diperhatikan oleh semuanya pula.
“Naaaahhh.! Tuh kan dia
mual-mual dan akan muntah.! Sudah keseringan pesta sex-nya Pak Lurah..! Bukan
dirumahnya saja, tapi ditempat lain juga.!!” kata warga itu. “Iya, pesta sex
dan Narkoba itu, Pak. Tangkap saja, Pak Lurah Mardi, jangan buang-buang
waktu..!!” teriak teman-temannya Hartono itu. “Pergaulan perempuan zaman
sekarang seperti ini nih..!! Koleksi kondomnya saja banyak sekali..!? Gimana
nggak mau ngidam diluar nikah.!? Ampun dech..!!” teriak warga yang lainnya. Mendengar
ocehan-ocehan seperti itu kini Caroline serasa terjebak dan ditusuk jantungnya,
Ia hanya terbelalak saja karena kaget dan herannya mengapa mesti terjadi
seperti ini, terlihat air matanya mulai menetes. “Saya... Saya… Uuooogghhh…!!”
kata Caroline yang baru saja akan menjawabnya tetapi rasa mual telah
mendahuluinya, sehingga terdengar sangat aneh, kemudian Caroline mengambil
beberapa lembar tissue yang terdapat di atas meja dihadapannya, lalu menyeka
air matanya pula. “Baik kalau begitu. Cari orang yang lainnya karena kemungkinan
besar masih bersembunyi di dalam rumah ini.!! Geladah sampai dapat.!! Kita bawa
ke kelurahan bersama.!!” Tukas Lurah Mardi sambil menunjuk arah kamar Caroline.
“Baik, Pak Mardi.!!” Jawab para petugas Kelurahan Girimerta dan beberapa Satpam
itu.
Caroline yang sedang lemas
tak dapat berbuat banyak, hanya sabar ditahan sambil memperhatikan mereka itu. Siti
Maesyaroh sendiri sebagai pembantunya sangat kaget dan ternganga dapat
menyaksikan anak majikannya diperlakukan seperti itu. Namun kini terlihat dengan
gesit dan tanggapnya, para Staff petugas Kelurahan Girimerta pada menghampiri
kamar Caroline dan sekaligus pada memasukinya. Dan ternyata di dalam kamar
Caroline itu terdapat seorang laki-laki sesuai dengan yang sedang dicarinya
itu, masih sedang tergesa-gesa memakai celana dalamnya, dan masih belum selesai
pula.
“Assalamu’alaikum dan
selamat siang dengan siapa ya ini.!!?” Tanya Satpam Ordano dan Dito serta yang
lainnya itu secara bersamaan. “Ah anu, saya Christian.! Christian Rudolf
Wibisono, Pak.!!” Jawab Christian Rudolf Wibisono yang telah berusia 35 Tahun salah
tingkah, sambil tetap melanjutkan memakai celana dalam-nya itu. Kaget dan
terperanjat pula dapat melihat para petugas kelurahan telah pada
menghampirinya. Terlihat tubuh Christian itu proporsional, tampan, badannya
tinggi, rambut hitamnya cepak dan bersih, kulitnya mulus bersih pula. “Iya. Mas
Christian. Saudara telah pada ditunggu oleh Pak Lurah Mardi dan yang lainnya.
Silahkan ikut kami keluar.!!” Kata Dito. “Iya lekas ikut kami..!!” tukas Satpam
Ordano. “Oh, ada apa ya.!? Sebentar dulu saya akan memakai pakaian dulu.!” Jawab
Christian gugup dan merasa aneh pula. Bersamaan dengan itu kini tampak terlihat
Lurah Mardi telah berdiri di depan pintu kamar Caroline sambil berbicara. “Oh
ini yang namanya Mas Christian Rudolf Wibisono itu.!? Lekas keluar Mas Christian..!!”
tukas Lurah Mardi, kini wajahnya agak emosi. “Sebentar, Pak Lurah. Sebentar..!!!”
kata Christian. “Lekas keluar sekarang juga..!!!” teriak Satpam Ordano, berteriak
membuat Christian kaget. Tak dapat dihindarkan lagi, kini Christian itu dipaksa
keluar dari kamar, sekaligus akan di interogasi dalam kondisi telanjang, hanya
memakai celana dalam saja seperti itu.
Baru saja Christian duduk
diperhatikan seluruh warga dengan telanjang, dalam waktu bersamaan kedua orang
tua Caroline, Chandra Garry Firmansyah yang terlihat telah berusia 49 Tahun dan
Joanna Rosa Firmansyah yang berusia 47 Tahun, kini pada datang dan terperanjat juga
kaget sekali, dapat menyaksikan di luar rumah dan di dalam rumahnya pada banyak
warga termasuk lurah dan para Staff-nya baik yang laki-laki maupun yang
perempuan itu pula. “Asslamu’alaikum, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian. Ada apa
ya ini.!?” Tanya Chandra. “Iya, ada apa ya ini.!?” Timpal Joanna kaget dan
heran sekali sambil menyaksikan Caroline yang kini menunduk dan meneteskan air
matanya, sementara disampingnya Christian yang hanya memakai celana dalam saja
menunduk dan terlihat serba salah pula. “Wa’alaikum salam, Pak Chandra dan Ibu
Joanna.” Jawab semuanya kini pada berdiri dan pada bersalaman kepada tuan rumahnya
itu. Setelah pada bersalaman, lalu mereka pada duduk kembali bersama, Chandra
juga duduk sambil pada menatap Caroline dan Christian penuh dengan rasa heran dan
kaget itu. Tetapi kini Caroline malah langsung memeluk Mama-nya sendiri. Mama-nya
juga heran sekali dapat menyaksikan kejadian anak kandungnya seperti itu. “Ada
apa, Carol.!?” Tanya Mama-nya sambil tetap menatap wajahnya dalam pelukannya
itu. Tetapi Caroline tidak dapat menjawabnya karena kini rasa ingin
berbicara-pun rasanya tersumbat dalam tenggorokannya akibat secara mental diperlakukan
seperti itu oleh warga dan para petugas kelurahan itu. Caroline hanya dapat
menteskan air mata sambil memeluk erat Mama-nya saja.
“Ma’af, ono opo iki, Pak Mardi,
Caroline.!? Dan iki kenapa ada orang tidak memakai pakaian disini juga.!?”
Tanya Chandra. Tetapi malah Caroline kini mual-mual kembali akan muntah tetapi
tidak terjadi muntahnya. “Uuooogghh..!!” Caroline tidak dapat menjawab
pertanyaan Chandra. Terlihat Caroline menangis ditahan rasanya sesak di
tenggorokannya itu. Tetapi kini malah terdapat teriakan dari arah luar rumah
Chandra itu. “Transaksi Narkoba dan Psikotropika juga pesta sex, Pak Chandra..!!”
teriak warga itu membuat kaget dan terperanjatnya Chandra dan Joanna. Lalu
Chandra dan Joanna pada menatap Caroline dan Christian, kemudian menatap Lurah
Mardi, yang baru akan berbicara. “Ma’af sebentar, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu. Kita
harus dibicarakan secara kekeluargaan dahulu.!!” Kata Lurah Mardi. Kemudian
Sandy melangkah ke depan pintu rumah. “Sebentar Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu. Jangan
tergesa-gesa. Sabar..!!” kata Sandy, berusaha untuk dapat mengingatkan mereka
pula agar dapat sabar.
Kemudian kini Lurah Mardi
berbicara kepada Chandra dan Joanna alasan kedatangannya dan garis besarnya itu
sesuai dengan Program Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka memberantas
peredaran dan para pengguna Narkoba atau Psikotropika itu, serta berdasarkan laporan
para Warga Kelurahan Girimerta. Lalu Lurah Mardi melanjutkan bicaranya. “Dan
ketika kami pada bulan Desember kemaren masih pada sedang di lobby Hotel
La-Costa itu, kami juga memang pada menyaksikan Saudari Carol sedang menerima
box-box itu dengan Saudara Christian Rudolf Wibisono ini, ketahuan oleh para petugas
kelurahan yang pada sedang rehat siang seminar dan lokakarya di Ball Room Hotel
La-Costa, dalam rangka membasmi peredaran Psikotropika pula. Kami pada
memutuskan akan merencanakan penggerebekan dan sekaligus pemeriksaan tempat Saudari
Carol ini. Pada ingin mempertanyakan barang apa yang ditipkan secara paksa oleh
Saudara Christian ini. Karena pada saat ini juga pemerintah pusat hingga
pemerintah daerah pada sedang gencar-gencarnya pada membasmi sarang dan para pengedar
serta para pengguna narkoba atau Spikotropika, apapun bentuk dan jenisnya.”
Kata Lurah Mardi, membuat pada terperanjat dan kagetnya Chandra dan Joanna.
Lalu mereka pada saling tatap-menatap satu dengan yang lainnya. Kemudian
Chandra dan Joanna juga pada menatap semua barang yang terdapat disekitarnya
itu sebagai barang buktinya yang pada dapat dilihatnya sendiri.
Chandra dan Joanna pada
tidak dapat percaya jika sikap dan perbuatan anaknya, Caroline, hingga dapat
seperti itu. Dengan reflex-nya kini Joanna melepaskan pelukan Caroline sambil
setengah meleparkannya ke atas kursinya. “Ya Allah, Ya Tuhanku..! Saya tidak dapat
percaya dengan apa yang kamu perbuat dan kamu lakukan.!! Duduk kamu, Carol.!!”
Tukas Joanna, lalu Joanna duduk disebelah Chandra. “Ya. Saya juga tidak dapat percaya
dengan apa yang telah dilakukan dengan anak saya satu-satunya ini.” Timpal
Chandra terlihat bingung pula. “Ini bukti-buktinya ada dan banyak sekali, Pak
Chandra dan Bu Joanna” kata Lurah Mardi. “Udah jelas buktinya ada dan banyak.
Carol sendiri terlihat sangat lemas dan mual-mual karena sedang ngidam pula,
mungkin akibat dampak pergaulan bebasnya itu, Pak Chandra dan Bu Joanna..!!!” Teriak
Hartono, terlihat sekali oleh semuanya, khususnya oleh Caroline sendiri. “Iya,
Pak Chandra dan Bu Joanna..!!” teriak warga. “Kami pada tidak dapat percaya
karena orang tuanya yang sangat mengetahui sikap dan perbuatan anak kami sehari-hari
ini” kata Chandra. “Dan saya yang melahirkan anak kami ini tahu apa yang dia
lakukan selama ini juga. Bisa saja ini fitnah karena kekecewaan terhadap
keluarga kami ini.!!” Kata Joanna terlihat termenung dan berfikir sangat dalam
pula, diperhatikan oleh semuanya.
“Ini bukti-buktinya telah
jelas ada dan banyak, Pak Chandra dan Bu Joanna.!! Tadi Saudari Carol juga
memakai bajunya sangat tergesa-gesa diperhatikan oleh seluruh warga yang ada
juga. Dan Saudara Christian sendiri ketika kami memergokinnya malah masih
telanjang bulat, masih sedang memakai celana dalamnya ini.!!” Kata Lurah Mardi,
sambil menunjuk posisi Caroline dan Christian yang masih pada sedang menunduk
malu itu. “Nikah di bawah tangan Satpam Pak Ordano sajalah ora opo-opo..!!!”
teriak warga seperti yang kesal juga. “Kita bawa saja ke Kelurahan Girimerta
dahulu, sebelum diproses di Kantor Polisi terdekat dan Kantor Pengadilan untuk
diadili lebih lanjut itu. Hukumannya berat ini, bahkan bisa dihukum mati..!!”
Kata Lurah Mardi. “Betul, Pak Mardi.!!” Kata Dito dan Sandy termasuk Satpam
Ordano serta semuanya.
“Tidak bisa..!! Bapak-Bapak
dan Ibu-Ibu semua pada ingin menjebloskan anak saya, Carol, ke penjara..!!? Kasus
Narkoba atau Psikotropika ini memang bisa dihukum mati juga..!!! Kami masih belum
dapat mengetahui secara kronologinya bagaimana bisa terjadi dengan anak kami ini.!!”
tukas Chandra mulai amarah pula. “Iya. Bagaimana perasaan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu
juga setelah melahirkan dan membesarkan anak satu-satunya, jika mengalami hal
yang sama seperti ini..!!?? Lebih baik kamu, Carol, pergi saja dari rumah ini
daripada dipenjara atau dihukum mati itu..!!!” tukas Joanna, kini agak emosi
dan malu bercampur menjadi satu. Mendengar pernyataan dari orang tuanya seperti
itu, Caroline juga terlihat terbelalak di kedua bola matanya, tetapi air
matanya masih terlihat menetes karena menangis ditahan itu. Pedih, sakit, malu,
emosi, dan rasanya ingin mengamuk namun apa daya tangan tak sampai, karena masih
sedang lemas dan mual-mual pula. Dan yang lainnya kini terlihat pada saling
tatap menatap satu dengan yang lainnya termasuk para warga yang berada di
bagian luar rumah.
“Tidak bisa, Pak Chandra dan
Bu Joanna.!! Sudah jelas Carol bersalah masih tetap dibelanya juga.!!!” Teriak
teman-temannya Hartono itu. “Iya, Pak Chandra dan Bu Joanna. Barang-barang
buktinya kan sudah ada juga.!!” Teriak warga. “Sepertinya Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu
ini semuanya pada memojokkan anak kami, Caroline ini ya.!??” Kata Chandra
emosi. “Makanya kita bawa saja ke Kantor Kelurahan Girimerta. Kita proses
disana saja.!!” Kata Lurah Mardi. “Tidak..!! Pasti ini ada yang tidak beres..!!!”
tukas Joanna, kini membantahnya pula, bertepatan dengan itu kini Caroline
mual-mual kembali dan akan muntah tetapi tidak muntah. “Ini aib Warga Kelurahan
Girimerta jika disini ada pelacur, Bu Joanna.!!!” Teriak Hartono. “Iya. Atau
usir saja mereka berdua itu.!!!” Kata teman-temannya. “Ini harus dibawa ke Kantor
Kulurahan dahulu. Kita proses disana saja.!!” Kata Lurah Mardi. “Pak Mardi
tetap akan menjebloskan anak kami ini ke dalam penjara.!? Ini bisa dihukum
mati..!!” teriak Chandra. Kini tampak Chandra dan pihak para petugas kelurahan
dan warga setempat menjadi ribut pula.
“Ini tidak beres.!! Pasti
ada yang tidak beres..!!” kata Chandra. “Iya. Pasti ada yang sirik pada anak
kami ini.!! Kamu lebih baik pergi dari rumah ini daripada harus ikut ke
kelurahan sana dan dijebloskan ke dalam penjara yang akan sekaligus dihukum
mati disana, Carol..!! Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu pada memiliki hati dan perasaan
atau tidak sih..!?? Kami tidak ingin mendengar dan melihat anak kami ini
meninggal dihukum mati..!!!” Kata Joanna, kini meneteskan air mata pula. “Kami
berani taruhan berapapun juga, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, anak kami tidak
melakukan hal sebodoh ini.” Kata Chandra. “Ya. Yang aku tahu akhir-akhir ini,
setelah Carol dapat menyelesaikan kuliah dibidang Fashion Design dan Modeling,
Carol gencar menawarkan hasil rancangannya itu ke berbagai kantor dan berbagai
hotel yang ada di Kota Semarang ini. Anak kami ini ingin mendirikan usaha
Boutique dan Modeling hasil rancangannya sendiri. Tak sebodoh seperti ini.!
Buat apa kuliah dibidang Fashion Design dan Modeling sementara yang
digelutinnya Narkoba atau Psikotropika ini.!?” Kata Joanna.
“Iya, Bu Joanna. Sikap dan
perbuatannya sangat tidak cocok dengan lingkungan sekitarnya yang sangat bersih
dan islami ini. Lingkungan ini harus bersih dari aib dan noda.!!” Teriak warga.
“Jebloskan ke penjara atau usir sajalah, ko repot-repot sih.!! Sudah jelas
bersalah masih tetap pada dibelainnya juga..!! Itu Psikotropika dan
kondom-kondom itu bukti nyata bukan.!!??” teriak Hartono keras sekali. Kini
Caroline sempat menatap aura wajah Hartono yang mendukung para petugas
kelurahan itu. Namun amarah Caroline tetap ditahan sekuat mentalnya pula. Kemudian
Joanna bangkit melangkah ke arah kamar Caroline, lalu Ia kini dapat melihat
banyak barang milik Christian di atas meja kerja Caroline, termasuk di atas
tempat tidur Caroline sendiri. Ada ransel Christian dan perlengkapan lainnya.
Sejenak Joanna termenung dan berfikir dalam sekali. Lalu Joanna melangkah ke
kamarnya sendiri. Dan terlihat agak heran pula, disana terdapat baju Caroline yang
berwarna pink, celana jeans-nya juga ada disana. Lalu Ia mengambil baju
Caroline dan celana-nya itu dan dibawanya ke tengah rumah kemudian Joanna duduk
kembali.
“Saudara Christian. Coba
sampean ganti pakaianmu dahulu sana..!!!” perintah Joanna karena risih melihat kondisi
Christian itu. “Baik, Bu Joanna. Terima kasih.!” Jawab Christian, lalu berdiri
dan melangkah ke arah kamar Caroline, kini disorakin dan sekaligus pada
ditertawakan oleh para warga itu. Sementara Joanna masih menatap pakaian
Caroline sambil berfikir dalam sekali, seperti yang sedang membaca teka-teki
saja. Lalu menatap Caroline itu sendiri yang masih menunduk malu.
Christian sendiri yang
kemudian dianjurkan untuk dapat memakai pakaiannya kembali di dalam kamar
Caroline, terasa lama sekali. Karena merasa heran, lalu Chandra bangkit dari
duduknya dan menghampiri kamar Caroline. Dan ternyata dalam kesempatan itu Ia sepertinya
dapat meloloskan diri kabur melalui jendela kamar Caroline itu sendiri. Tampak
terlihat Chandra termenung dan kaget pula, lalu menatap Joanna. Kemudian Joanna
bangkit dan menghampirinya pula, dan ternyata kini Christian telah tidak ada
ditempat. Tampak terlihat semua barangnya juga pada telah tidak ada ditempat. Kini
Christian berhasil dapat meloloskan diri dari sergapan para warga. Lalu Joanna
meletakan pakaian Caroline itu di atas tempat tidur kamarnya sendiri. Semua
petugas kelurahan-pun setelah dapat memeriksa kamar Caroline baru dapat
menyadarinya jika Christian kini telah dapat meloloskan diri; kabur. Kemudian mereka
pada menatap Caroline kembali yang kini terlihat mual-mual dan masih lemas pula.
“Baik. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu,
bawa Saudari Carol ke Kantor Kelurahan saja.!” Tukas Lurah Mardi. “Siap, Pak
Lurah.!!” Jawab para petugas kelurahannya itu. Mendengar pernyataan seperti itu
dari Lurah Mardi dan para Staff-nya, Chandra dan Joanna serta Caroline tak
dapat berbuat banyak lagi. Dan sepertinya warga itu juga tak sabar, kini
Caroline yang masih sedang sakit dan mual-mual itu langsung pada diseret keluar
rumahnya, khususnya Satpam Ordano yang menarik tangan kanan Caroline. “Kurang
ajar kalian semua..!! Aku tidak bersalah apa-apa..!!” teriak Caroline kini baru
dapat berbicara karena emosi dan malunya itu sambil meronta-ronta ingin lepas
dari tangan Satpam Ordano. “Jangan seperti maling berteriak maling, Non
Carol..!!” tukas Satpam Ordano, tetap menyeret Caroline. “Ini akibat dampak
pergaulan bebas yang tak dapat terkendali.!!” Teriak salah seorang warga
membuat Caroline kesal, lalu menatapnya pula. Namun pada kesempatan ini Hartono
dan teman-temannya pada telah tidak tampak ditempat. “Aku tidak melakukan semua
itu..!! Kalian salah tangkap..!! Uooogghh..!!!” teriak Caroline, kini sekaligus
mual-mual. Dan kini hujan gerimis telah mulai tampak turun pula. Mereka sendiri
sepertinya tidak perduli dengan datangnya hujan itu, tetap pada mengarak dan
menyorakin Caroline hingga taman rumahnya yang sangat luas itu.
“Itu barang-barang buktinya
ada, Non Carol..!!” kata Satpam Ordano. “Usir saja kalau dia tak ingin ikut ke
Kantor Kelurahan itu..!!” teriak warga itu. “Katanya orang Islam, tapi perbuatannya
seperti itu. Tidak memberikan contoh yang baik..!! Usir saja kalau tak ingin
dibawa ke kelurahan itu..!!” teriak warga. “Jebloskan ke dalam penjara saja
sekaligus dihukum mati sana..!! Disini tempat orang-orang yang islami dan
agamis…!!” teriak warga itu. “Hukum mati saja langsung..!!” teriak warga. Mendengar
ocehan-ocehan warga semakin tak menentu, perasaan Caroline dan Joanna serta
Chandra kini semakin panas pula. Kini Joanna yang berdiri disamping Chandra dan
pembantunya, Siti, terlihat geram dan tak tega menyaksikan anak satu-satunya
diperlakukan seperti itu. Lalu Joanna bergegas menghampiri Caroline yang masih
diseret dan diarak-arak itu. “Stop..!! Berhenti semuanya..!! Kalian semua pada memperlakukan
anak saya seperti itu. Kalian seperti pada tak memiliki hati dan perasaan juga
ya..!!?” teriak Joanna, geram sambil menunjuk-nunjuk kepada semuanya.
“Carol..!! Sampean lebih memilih dipenjara dan dihukum mati atau sampean kabur
dan mati terhormat..!!??” teriak Chandra, kini geram pula sambil menujuk pada
Caroline yang meneteskan air mata bercampur dengan air hujan. “Boleh kamu pergi
tapi sampean ganti baju dahulu sana..!! Siti..!! Bantu Carol…!!!” teriak Joanna.
“Caroll..!! Sampean ganti pakaian dahulu sana, cepat..!!!” teriak Joanna.
“Baik. Saudari Carol.
Sampean ganti pakaian dahulu.” Kata Lurah Mardi, akhirnya pada mengalah pula
pada tuan rumah itu. Lalu kini Siti menarik tangan kanan Caroline itu. “Sini
Non Carol.! Ikut aku saja.! Sekalian obatnya yang dari Bu dokter Verani itu
diminum dahulu ya, Non Carol.!” Tukas Siti, berbisik-bisik terasa iba anak
tuannya diperlakukan seperti itu. “Ok Siti. Terima kasih” kata Caroline, melangkah
mengikuti pembantunya meninggalkan para petugas kelurahan dan warga serta kedua
orang tuanya itu, yang masih pada berdiri di taman rumah yang sangat luas, tak
perduli dengan hujan yang kini mulai membesar dan deras. “Anak dengan orang
tuanya sama saja..! Pantas saja moral bangsa pada bejad dan negara ini
hancur..!!” teriak warga, tetapi Caroline tidak digubrisnya, Ia dan Siti
langsung pada melangkah memasuki ke dalam rumahnya itu.
Yang membuat terperanjat
kaget Caroline, ketika telah memasuki dalam rumah itu, lalu Siti menarik tangan
Caroline sangat kencang sambil berlari menuju kamar Caroline itu sendiri,
sambil berbicara. “Non Carol..!! Lekas ganti pakaian.!! Kita kabur saja bersama,
jangan bawa mobil, nanti ketahuan oleh mereka, kabur lewat dari jendela kamar
Non Carol ini saja, lalu kita berlari bersama lewat jalan belakang, backstreet
Non, backstreet. Lekas Non..!! Buruan cepat..!! Mas Christian juga dapat kabur
dari sini.!!” bisik Siti, membuat Caroline serasa diberi jalan dan semangat pula
oleh pembantunya itu. “Oh iya, Siti. Kamu pintar juga ya. Ok, bantu aku
berkemas-kemas ya.!!” Kata Caroline kini menjadi bersemangat kembali. “Kak
Carol, jangan tinggalkan Bryan. Aku ndak ada teman.!!” Kata anak kecil laki-laki
terdengar sedang menangis ditahan, membuat Caroline dan Siti pada terperanjat kaget
pula. Ketika Caroline dan Siti menatap pojok tempat tidur Caroline dari arah
datangnya bunyi suara itu, tampak terlihat adik sepupu Caroline bernama Bryanaldhi
Revanda Vardan yang baru berusia 4 tahun itu sedang duduk di atas tempat tidur sambil
memeluk beberapa bantal dan beberapa guling, air matanya terlihat telah
membasuhi bantal-bantal dan guling-guling itu sendiri membuat iba Caroline dan
Siti itu pula.
“Ya Allah, ya Tuhanku.
Bryan. Kamu dari tadi menangis disini.? Kenapa Bryan sayang.? Kak Carol ndak
akan pergi ko.” Kata Caroline sambil memeluknya erat sekali. “Bryan ndak mau Kak
Carol dimarahin orang-orang itu. Bryan juga ndak mau ditinggal Kak Carol.!!”
Kata Bryanaldhi kini malah menangis terisak-isak ditahan, air matanya menetes
tanpa henti. “Ora, Bryan, yang ganteng.!! Mbak Siti sama Kak Carol akan hajar
pencuri disana. Harus bawa salin pakaian untuk gantinya. Kan sedang hujan agar
ada salin penggantinya. Kak Carol juga harus minum obat dulu agar kuat.
Pencuri-pencurinya nanti dihajar sama Kak Carol dan Mbak Siti. Akan ditendang
ke Sungai Suramerta itu.!!” Kata Siti, menghiburnya. “Iya, Bryan, adik Kak
Carol yang tampan dan ganteng. Jangan menangis ya. Kan Bryan jagoan Kak Carol. Ok,
mana obat Kak Carol, sayang.? Kak Carol akan minum obat agar pencuri-pencuri itu
bisa dihajar sama Kak Carol dan Mbak Siti ini. Akan dibanting sekuatnya oleh Kak
Carol dan Mbak Siti juga. Tapi Kak Carol harus beres-beres bawa pengganti
perlengkapan agar nanti disana kalau Kak Carol kehujanan bisa ada ganti
pakaiannya dan lain-lainhya, Okey..!?” kata Caroline merayunya pula. “Okey,
janji ya, Kak Carol. Jangan bohongin Bryan.!!” Kata Bryan, mulai percaya.
“Okey. Jangan menangis ya, Bryan sayang. Kamu jagoan Kak Carol loh. Kalau
jagoan itu tidak menangis kan. Jagoan itu harus kuat. Okey sekarang Bryan
ambilkan obat Kak Carol itu dan air minumnya ya.!!” Kata Caroline. “Okey Ka
Carol.” Kata Bryan menyeka air matanya, lalu berlari ke dapur hendak mengambil
air minum dan obat milik Caroline itu.
Kini Caroline terlihat
meminum obat dahulu yang dari dokter Verani itu. Kemudian Caroline dan Siti
pada berkemas kebutuhan Caroline sambil berbicara, disaksikan oleh Bryan itu
sendiri. “Iya aku bantu, Non Carol. Aku nanti antar Non Carol hingga ke Terminal
Bis Terboyo, Semarang ya, Non. Tak apa-apa kita tinggalin mereka saja biar pada
tahu rasa kita bohongin juga.!” Kata Siti. “Iya, Siti. Kamu pintar dech.!” Kata
Caroline. “Non Carol. Sampean nanti pakai jacket yang ada kerudung kupluknya
itu. Yang hitam itu loh, Non Carol. Kerudung kupluknya ditutupin kepala Non Carol.
Terus Non Carol pakai kacamata hitam yang bagus itu loh. Aku juga nanti pakai
yang aku punya semuanya, okey.!!?” kata Siti menyemangati Caroline. “Okey. Ide
bagus itu, Siti.” Kata Caroline. “Jangan lupa, Non Carol pakai sepatu casual
yang hitamnya juga. Yang bagus itu loh biar praktis..!!” kata Siti. “Okey,
Siti. Ide sangat bagus itu.!!” Kata Caroline.
Namun kini Caroline
terperanjat karena di atas meja riasnya tampak terlihat Christian sebelum dapat
kabur, Ia sempat meletakan uang kas dalam amplop sebesar Rp. 10.000.000,- dan
Check satu lembar dengan nilai uang sebesar U$D 20.000, didalam amplop yang
betuliskan; “To Carol. Sorry, Carol.! Aku harus meninggalkanmu ke tempat yang
labih baik.!! Terima kasih. Att. Christian R.W.” Semarang, 03/01/1995, membuat
Caroline terkejut pula. “Waduh, Non Carol uangnya banyak sekali. Cukup buat
beli es dawet ayu itu. Non Carol akan semakin ayu nantinya..!!” Kata Siti. “Iya
Siti. Kamu bisa saja dech.” Jawab Caroline, kini tersenyum atas sikap Siti itu,
walau masih heran tetapi tetap uang itu dimasukin ke dalam tas besarnya itu
termasuk semua kebutuhan yang lainnya seperti passport dan segala dokumen
Caroline itu. “Kak Carol, uangnya banyak sekali.!?” Kata Bryan,
memperhatikannya pula. “Iya, Bryan. Ka Carol masukin uangnya ke dalam tas agar
tidak diambil pencuri itu. Pencurinya nanti akan dihajar dulu oleh Mbak Siti,
yang galak ini.!!” Kata Caroline, sambil tetap berkemas-kemas, kemudian
meberikan uang Rp. 100.000,- pada Bryan. “Bryan. Ini untuk uang jajan nanti
ya.” Kata Caroline. “Terima kasih, Ka Carol.” Kata Bryan, sambil tetap
memperhatikan Caroline dan Siti berkemas.
“Tuh kan Non Carol terlihat
semakin cantik pakai kacamata hitam itu. Aku yang bawa tas besarnya. Non Carol
bawa yang itu.!!” Kata Siti tampak memerintah. “Kamu juga cantik memakai pakaian
itu, Siti.” Kata Caroline. Lalu Caroline menatap Bryanaldhi sambil berbicara.
“Bryan sayang. Jangan menangis ya. Kak Carol sama Mbak Siti, akan menghajar
pencuri-pencuri itu dulu. Nanti Kak Carol dan Mbak Siti kembali lagi jemput
Bryan, naik pesawat terbang ya. Okey.!!?” Kata Caroline meyakinkan. “Okey Kak Carol.
Tapi jangan lama-lama perginya.” Kata Bryan. “Tidak Bryan-ku sayang. Kamu
jagoan Kak Carol. Harus kuat juga kan.” Kata Caroline kini memeluk Bryan erat
sekali sambil menangis terisak-isak ditahan pula, tak tega harus berpisah
dengan adik sepupu dengan cara seperti itu. Lalu Siti menaiki jendela kamar untuk
dapat keluar dari kamar Caroline diikuti oleh Caroline itu sendiri. Sejenak Caroline
menatap kembali posisi Bryanaldhi yang masih menyaksikannya melalui jendela
kamar Caroline, lalu Caroline dan Siti melambaikan tangan kanannya dibalas oleh
Bryan juga yang melambaikan tangannya itu.
Tampak terlihat Caroline
memakai jacket hitam berkerudung kupluk dan memakai kacamata hitam bersama Siti
dari belakang tidak akan ada yang dapat mengira jika itu Caroline dan Siti,
yang sama-sama pada memakai kacamata hitam. Mereka berdua pada tidak perduli
dengan hujan yang semakin deras. Dan arah jalan mereka kini ke arah belakang
dekat jembatan Sungai Suramerta yang sangat besar dan lebar. “Lekas
berjalannya, Non Carol. Takut keburu mereka pada dapat mengejar kita semua.
Mampuslah kita kalau berhasil ditangkap oleh mereka itu.!!” Kata Siti,
menyemangati Caroline. “Iya Siti. Kamu tahu kan aku masih sakit. Aku masih
lemas nih..!!” kata Caroline. “Oh iya, aku lupa, ma’af, Non Carol” kata Siti.
Setelah beberapa lama dapat
menempuh perjalanan, kini Caroline sempat menatap Panti Asuhan Anak-Anak Yatim
Piatu dan para penghuninya yang lokasinya dipinggir Sungai Suramerta itu. Lalu Caroline
termenung sesaat, terlihat jelas walau Ia memakai kacamata hitam itu. “Lekas
buruan, Non Carol..!! Nanti mereka pada mengejar Non Carol..!!” tukas Siti
mengingatkan. “Oh iya, Siti. Thank you kamu telah mengingatkanku. I love you
anak-anak” kata Caroline menatap Anak-Anak Yatim Piatu itu. Dan terlihat ada
beberapa Anak Yatim Piatu yang sempat menatap Caroline dengan Siti, lalu mereka
pada tersenyum sambil pada melambaikan tangan-tanggannya pula, tak perduli dengan
hujan deras yang tanpa henti itu. Tetapi kini Caroline harus segera
meninggalkan tempat itu sambil membalas lambaian tangannya itu.
Ketika mereka berdua tepat
ditengah-tengah jembatan Sungai Suramerta, Caroline berhenti sejenak sambil
mengeluarkan HP-nya akan menghubungi temannya dahulu. “Sebentar, Siti.!! Aku
mau kontek temanku dulu di Jakarta.” Kata Caroline. “Ok, Non Carol” kata Siti
setia sekali, seperti bodyguardnya Caroline itu, tatapan-tatapan kedua bola
matanya terlihat memandang kesana-kemari pula. Tetapi sepertinya sial sedang
menimpa Carol pula, ketika Hp Caroline akan digunakan sambil berjalan di
jembatan Sungai Suramerta, tiba-tiba HP-nya terjatuh ke trotoar jembatan itu, Plukk..!!
lalu terjatuh ke dalam Sungai Suramerta pula, Pluuung..!! Cuubbsz…!! menembus
air sungai yang sangat deras itu. “Ya Allah ya Tuhanku..!!” kata Caroline. “Ya
Allah, Non.!?” Tukas Siti kaget pula melihat HP Caroline terjatuh ke dalam sungai
yang airnya sangat deras pula. Sejenak mereka sambil pada tatap menatap satu
dengan yang lainnya.
“Gampang beli lagi yang baru
dan lebih bagus. Non Carol kan banyak uangnya tuh..!! Lekas berjalan saja takut
mereka pada dapat mengejar kita semua. Nanti aku juga diarak juga sama si
borokokok-borokokok itu..!! Menyebalkan mereka itu..!!” kata Siti menyemangati
Caroline. “Oh, okey, Siti.” Kata Caroline tak ambil pusing juga. Lalu mereka
pada berjalan tergesa-gesa tak perduli dengan air hujan yang semakin lebat dan
deras dan bawa tas cukup besar itu, tampak terlihat mereka seperti para pencuri-pencuri
yang akan membawa barang hasil curiannya, terlihat melihat kesana kemari pula
dalam gugup dan serba salahnya, karena memang sedang ketakutan ketahuan oleh
rombongan lurah dan warga itu. Setelah berjalan sangat lama hingga sangat
melelahkan, dan tiba di jalan raya, kini Caroline langsung menyetop Taxi Convenience
Fortune Car (CFC) yang arah ke terminal Bis Terboyo.
“Haduh, terima kasih, Siti.
Kamu memang pintar juga.” Tukas Caroline ketika pada telah duduk di kursi dalam
Taxi CFC itu, nafasnya terdengar terengah-engah pula. “Iya sama-sama, Non
Carol. Habisnya aku juga sebel sama mereka itu. Tiba-tiba ramai dan pada bicara
sangat memalukan.!! Aku juga kan perempuan, tersinggung juga dengan mereka itu.
Dasar si borokok mereka itu.! Kita kadal-in juga baru tahu rasa dech..!!” Kata
Siti. “Itu tidak beres, Siti. Lihat saja nanti kamu juga akan tahu siapa yang
salah dan siapa yang benar.!!” Kata Caroline. “Iya betul, Non Carol. Benar kata
Ibu, kita kan tahu kegiatan setiap harinya Non Carol ini, yang akan merintis
usaha Boutique karena Non Carol waktu Kuliahnya dibidang Fashion Design &
Modelling itu. Tiba-tiba bisa menjadi begini. Seperti ada serangan dari para
Alien mabok weureu gadung ya Non.!?” Kata Siti kini tersenyum sambil melihat
pemandangan yang tersirami derasnya air hujan itu.
“Loh, ko kamu tersenyum, Siti.?
Kenapa?” Kata Caroline, terlihat agak tersenyum juga mendengar pernyataan Siti
seperti itu. “Aku geli, Non Carol..!” kata Siti. “Geli apa.!? Kenapa
memangnya.?” Kata Caroline. “Ih, Non Carol ndak sadar yo.!?” Kata Siti. “Aku
belum tahu, Siti. Kenapa?” Kata Caroline menatapnya. “Hihi… Kan Non Carol
disuruh aku cepat ganti pakaian dan disuruh kabur cepetan juga. Kita sama-sama
berkemas dan pakai baju terburu-buru juga. Aku juga berhasil nyuruh kabur, Non
Carol ini kan.!? Berdanya nyuruh kabur versi aku tidak mempermalukan seperti
mereka begitu, tetapi menggunakan Taxi CFC. Bryan juga berhasil dibohongin akan
menghajar pencuri-pencuri itu. Dan orang yang nyuruh kaburnya ini ikut kabur
juga nganterin orang yang akan kaburnya pakai taksi ini, setelah kita sama-sama
diguyur air hujan selama diperjalanan itu. HP Non Carol terjatuh ke Sungai
Suramerta juga nda usah difikirin lagi biarkan HP itu ke laut saja. Aku juga
berhasil kadal-in mereka itu, seperti pada main kadal-kadal-an saja.!! Orang
macam apa yo aku ini.!??” Kata Siti. “Oh iya ya, kamu ternyata pintar juga,
Siti… Hahahaha….” Kata Caroline kini mulai dapat tertawa pula bersama Siti itu.
Caroline dan Siti kini pada dapat tersenyum geli sambil menyaksikan pemandangan
yang terkena derasnya air hujan itu.
“Terus nanti Non Carol akan
singgah dimana di Jakartanya?” Tanya Siti. “Aku akan singgah dirumah teman
dahulu. Tapi tadi kan ketika aku akan menghubunginya HP-ku terjatuh pula ke
Sungai Suramerta itu. Tapi nanti aku bisa kontek lagi temanku, Nelly, itu jika
aku sudah sampai Kota Jakarta, Siti.” Jawab Caroline. “Oh. Mudah-mudahan saja
teman Non Carol, Mbak Nelly, dapat menerimanya disana ya.” Kata Siti. “Iya,
Siti. Doa’ain saja ya.” Kata Caroline. “Iya. Sudah pasti, Non Carol. Jika perlu
balas mereka dengan hasil karya Non Carol yang lebih bagus lagi, Non.!” Kata
Siti. “Mudah-mudahan bisa, Siti. Aku harus dapat bekerja keras nanti di Kota
Jakarta itu.” Kata Caroline. Dan sejenak kini pada menatap pemandangan kembali
yang terguyur derasnya air hujan sangat deras itu. Caroline sendiri kini tanpa
disadarinya bergumam; “Aku akan mencari orang yang telah merenggut
kehormatanku itu ke Jakarta, sekaligus aku dapat bekerjakeras dalam karier juga. Aku ingin
menunujukkan pada orang-orang yang pada telah menghina dan mempermalukanku
sekaligus mengusirku ini, demi harga diriku dan keluargaku ini. Aku harus dapat menujukkan hasil yang lebih baik
kepada mereka semua, siapa yang salah dan siapa yang benar.!!” Gumam Caroline.
Tidak lama kemudian kini Caroline berbicara pada Siti seputar menitipkan
barang-barang miliknya agar Siti dapat menjaga dan merawatnya dengan baik
selama ditinggalkannya itu, termasuk merawat Bryanaldhi Revanda Vardan. Juga
sebaliknya Siti berjanji akan menjaga dan merawatnya dengan baik pula.
Ketika pada telah tiba di di
Terminal Bis Terboyo, Semarang, Jawa Tengah, Caroline dan Siti tepat jam 07:00 malam, 03/01/1995. Mereka pada langsung memesan
ticket Bis AC Larinna yang tujuannya Kota Jakarta. Dan kini Caroline dapat
nomor tempat duduk disamping kaca mobil Bis AC Larinna itu pula. Di dalam
Terminal Bis Terboyo, terlihat para laki-laki yang pada dapat melihat sosok
Caroline dan Siti yang cantik pada menggodainya namun Caroline dan Siti pada
cuwek dan tidak perduli dengan mereka semua itu. “Lanjutin, Non Carol. Sabodo
teuing sama si borokok-borokok itu..!!” tukas Siti kini agak judes dan percaya
diri. “Iya, Siti. Mereka suka sama kamu tuh karena kamu juga cantik pakai kacamata
hitam itu juga.” kata Caroline. “Hallah, Non.!! Laki-laki itu buaya darat loh,
Non Carol.!” Kata Siti. Sejenak Caroline termenung ketika Siti bicara seperti
itu. Siti sendiri kini masih membantu merapihkan tas besar milik Caroline.
Dan Caroline sendiri kini dapat
kursi tempat duduk disebelah kaca, kursinya yang untuk tiga orang tempat duduk
itu. “Okey, hati-hati ya Non Carol.” Pesan Siti. “Iya, Siti. Terima kasih ya
kamu sudah bantu aku.” Kata Caroline menatap Siti yang masih berdiri menghadap
kursi tempat Caroline duduk. “Iya, Non Carol. Sama-sama juga.” Kata Siti. “Oh
iya, Siti. Ini uang untuk nambahin ongkos kamu pulang nanti.” Kata Caroline
sambil memberikan uang pada Siti. “Wah banyak amat yo, Non Carol. Ini uang Rp.
500.000,-. Uang Non Carol untuk beli dawet ayu menjadi berkurang dong kalau
seperti ini.” Kata Siti kaget dan bercanda pula. “Kan agar kamu juga bisa beli
dawet ayu itu. Kamu bisa semakin ayu lagi nantinya, Siti. Kamu cantik pakai
kacamata hitam itu.” Kata Caroline pada bercanda pula. “Ih, Non Carol, bisa
saja.” Kata Siti. “Siti. Jangan lupa, sampaikan ke Ibu dan Bapak, jika mereka
nanti pada tak bisa menghubungi aku, HP aku terjatuh di Sungai itu ya. Salam
kiss-bye untuk Bryan.” Kata Caroline. “Okey, Non Carol, siap.” Kata Siti. “Sampaikan
juga pada mereka jika aku akan ke Kota Jakarta.” Kata Caroline. “Okey, Non. Eh,
Non Carol. Nanti penampilan Non Carol jangan seperti gembel yo. Non Carol kan
cantik, sayang kalau penampilannya seperti gembel. Balas tuh mereka semua.!!”
Kata Siti, tangannya masih memegang uang itu. “Iya, Siti. Siap.! Do’ain saja
ya..!!” kata Caroline sambil mengacungkan jempol tangan kanannya. Namun Siti
sangat terperanjat, dalam waktu yang bersamaan kini terdapat dua orang tua yang
tampak terlihat penampilannya seperti gembel pula disamping tempat Siti berdiri
itu. Sementara Caroline telah aman duduk di kursinya itu.
Kini Siti dan kedua orang
itu saling tatap menatap satu dengan yang lainnya. Karuan saja Siti merasa
heran di dalam Bis AC Larinna itu ada gembel dapat memasuki Bis itu. Lalu kedua
orang tua menatap tangan Siti, yang masih membawa uang. Menyaksikan sikap kedua
orang tua itu, Siti merasa curiga, lalu menatap Caroline sambil tangannya
memasukin uangnya ke dalam saku celana jeans hitamnya, lalu berbicara. “Non
Carol. Sampean hati-hati ya.!! Tugasku sampai disini. Kesananya tinggal tugas
Non Carol sendiri. Pokonya harus berhati-hati ya Non.! Fahamlah..!!!” kata Siti
percaya diri sekali. “Siap..!!” kata Caroline tersenyum sambil menatap kedua
orang tua itu pula.
“Selamat malam Bu. Apakah
tempat duduk Ibu dikursi ini?” Tanya orang tua itu yang laki-lakinya bertanya
pada Siti. “Selamat malam juga, Pak, Bu. Ndak Pak, Bu. Aku mau pulang ko.
Tempat duduk ini masih kosong.” Kata Siti. “Oh iya. Ini kebetulan diticketnya
kami berdua dapat tempat duduk di nomor kursi ini.” Kata orang tua laki-laki
itu sambil menujukkin bukti ticketnya itu. Karuan saja Siti agak terperanjat,
kedua orang tua yang berpenampilan sama dengan seperti gembel itu ternyata
telah booking ticket juga. Lalu Siti memperhatikan penampilan kedua orang tua
itu mulai dari atas sampai bawah, yang tampak memang tampak seperti gembel
pula, kalah penampilannya dengan Siti itu sendiri, sebagai pembantu rumah
tangga yang terlihat modis sekali, didikan Caroline itu sendiri. “Oh, silahkan
duduk. Aku hanya mengantarkan Non Carol ini saja.!!” Kata Siti heran. “Terima
kasih, Bu.” Kata kedua orang tua itu sopan dan manggut lalu yang perempuannya
duduk ditengah bersebelahan dengan Caroline itu. “Iya, sama-sama, Pak, Bu.!”
Kata Siti, dalam keherannya lalu menatap Caroline kembali yang masih
memperhatikan percakapan dan kedua orang tua itu pula.
“Ya wis, Non Carol. Aku
pulang dulu yo. Hati-hati di jalannya.!!” Kata Siti, berpamitan. “Iya, Siti. Kamu
juga hati-hati di jalannya. Jangan lupa do’ain aku ya.” Kata Caroline, sambil
bersalaman dengan Siti. “Iya sama-sama. Terima kasih juga ya pemberiannya itu.
Aku mau beli dawet ayu. Agar bisa lebih ayu.!!” Kata Siti bercanda. “Iya
sama-sama, Siti. Bye..!!” kata Caroline sambil melambaikan tangannya, dibalas
oleh Siti itu pula yang melangkah semakin menjauh keluar dari Bis AC Larinna. Tetapi
tidak lama kemudian kini Siti kembali lagi tak perduli dengan para penumpang
bis yang lainnya itu, sambil berbicara. “Eh, Non Carol. Ada yang lupa.!!” Kata
Siti membuat Caroline yang sedang memasang handsfree I-Pond sebagai Music Player-nya
kaget dan heran pula. “Apa tuh, Siti?” kata Caroline. “Anu Non Carol. Kalau
nanti ada laki-laki si borokok yang nakal sama Non Carol, tendang saja
selangkangannya ya.!? Sekuat tenaganya saja agar langsung kapok dia.!! Kadal
jangan mau di-buaya-in, eh buaya jangan mau dikada-lin, gitu dech pokoknya..!!”
kata Siti sambil mempraktekannya menendang ke arah samping itu, diperhatikan
oleh para penumpang yang lainnya pula. “Siap, Siti. Oh iya, Siti. Aku nitip
uang buat Anak-Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan itu ya. Berikan saja pada
bagian bendaharanya atau sama Mbak Rahayu Kertowalyo ya, Siti.!!” Kata Caroline
tersenyum sekaligus memberikan uang sebesar Rp. 500.000,- itu kepada Siti.
“Baik, Non Carol. Nanti aku amplopin dulu ya, Non.!!” Kata Siti. “Sip. Terima
kasih ya, Siti.” Kata Caroline sambil mengacungkan jempol tangan kanannya,
dibalas oleh Siti pula. Kedua orang tua yang pada telah duduk disebelah
Caroline dengan aman itu juga hingga terlihat tersenyum pula dan terlihat
manggut-manggut pertanda faham maksud Caroline dan Siti itu. “Okey, bye, Non
Carol. Mari Bu, Pak.” Kata Siti sambil menatap kedua orang tua itu. “Bye, Siti.”
Kata Caroline, lalu menatap ke arah luar melalui kaca mobil Bis AC Larinna. “Iya
silahkan, Nak Siti. Hati-hati di jalan juga ya.!!” Kata kedua orang tua itu
secara bersamaan pula. “Iya, terima kasih.” Kata Siti. Sementara Siti yang tampak
percaya diri langsung melangkah keluar pula, hendak kembali ke rumah Chandra,
kini meninggalkan Caroline di dalam Bis AC Larinna. Tetapi tampak kini Siti
menunggu Bis berangkat dahulu terlihat berdiri memperhatikan Caroline itu.
Tidak lama kemudian, kini Bis
AC Larinna itu berjalan, dan Caroline dengan Siti sempat saling melambaikan
tangannya pula dari balik kaca Bis AC Larinna itu, terlihat dikelopak bola mata
Siti meneteskan air mata pula walau Siti masih memakai kacamata hitam itu. Lalu
Siti menyeka air matanya dengan tissue yang dibawa dari kantor jacketnya,
terlihat dari sinar-sinar lampu yang sangat terang sekali itu. Juga sebaliknya
Caroline meneteskan air mata pula Ia kini siap atau tidak siap harus dapat berjuang
dan bekerjakeras di Kota Jakarta, ingin menunjukkan siapa yang salah dan siapa
yang benar dikemudian harinya. Kemudian Caroline duduk menatap pemandangan yang
tersirami air hujan yang sangat deras itu, sesekali menyeka air matanya dengan
tissue yang dibawanya diperhatikan kedua orang tua itu, dan kini sambil
mendengarkan beberapa musik dari Music Player “I-Pod”, dan bahkan tanpa
disadarinya Caroline Lip-synch untuk beberapa judul lagu, diantaranya adalah “Januari
– Glenn Fredly, yang pernah popular di zamannya itu;
“Januari”
Berat bebanku,
meninggalkanmu, separuh nafas jiwaku sirna
Bukan salahmu apa dayaku,
mungkin benar cinta sejati
Tak berpihak pada kita, kasihku sampai di sini kisah kita
Jangan tangisi keadaannya, bukan karena kita berbeda
Tak berpihak pada kita, kasihku sampai di sini kisah kita
Jangan tangisi keadaannya, bukan karena kita berbeda
Dengarkan, dengarkan lagu-lagu ini,
melodi rintihan hati ini
Kisah kita berakhir di januari, selamat tinggal kisah sejatiku
Ooo pergilah
Kisah kita berakhir di januari, selamat tinggal kisah sejatiku
Ooo pergilah
=====o0o=====
Dan ketika Caroline Lip-synch lagu itu, kedua orang
tua itu pada dapat saling mendengarkannya pula. Tetapi mereka tak mau ambil
pusing dan tak menganggu Caroline itu. Kemudian Caroline mengganti dengan lagu
berikutnya yang berjudul “Perjalanan Hidup / Berita Kepada Kawan” yang pernah
dipopulerkan Artis Indonesia, Ebiet G Ade itu;
“Berita Kepada Kawan”
Perjalanan
ini terasa sangat menyedihkan, Sayang engkau tak duduk disampingku
kawan
Banyak
cerita yang mestinya kau saksikan, Di
tanah kering bebatuan, (oooo 3x)
Tubuhku
terguncang dihempas batu jalanan, Hati
tergetar menampak kering rerumputan
Perjalanan
ini pun seperti jadi saksi, Gembala kecil menangis sedih oooo
Kawan
coba dengar apa jawabnya, Ketika ia kutanya mengapa
Bapak
ibunya telah lama mati, Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya
di laut, Kukabarkan semuanya, Kepada
karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi
semua diam tetapi semua bisu, Tinggal aku sendiri terpaku menatap
langit
Barangkali
disana ada jawabnya, Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin
Tuhan mulai bosan Melihat tingkah kita
Yang
selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau
alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba
kita bertanya pada rumput yang bergoyang
=====o0o=====
Setelah Caroline selesai Lip-synch
lagu itu, lalu Caroline mengganti lagi dengan judul lagu yang lainnya berjudul
“The Power Of Love” yang pernah dipopulerkan oleh Celine Dion. Caroline terlihat
menghayati menyanyi dengan cara Lip-synch, hingga tetap dapat meneteskan air
mata, masih diperhatikan oleh kedua orang tua yang pada sedang duduk
disampingnya hingga kedua orang itu kini merasa kasihan dan iba terhadap
Caroline itu pula, karena kedua orang tua itu faham dengan hati dan perasaan
Caroline yang kini sedang galau itu. Kebetulan kedua orang tua itu juga tampak
faham dengan lirik-lirik lagu itu pula. Sejenak kedua orang tua itu hanya
saling tatap menatap satu dengan yang lainnya.
“The
Power Of Lole”
The whispers in the morning, Of lovers
sleeping tight
Are rolling like thunder now, As I look in your eyes
Are rolling like thunder now, As I look in your eyes
I hold on to your body, And feel each
move you make
Your voice is warm and tender, A love that I could not forsake
Your voice is warm and tender, A love that I could not forsake
Cause I am your lady, And you are my man,
Whenever
you reach for me, I’ll do all that I can
Lost is how I’m feeling lying in your
arms, When the world outside’s too, Much to take
That all ends when I’m with you, Even though there may be times, It seems I’m far away
Never wonder where I am, Cause I am always by your side, We’re heading for something, Somewhere I’ve never been, Sometimes I am frightened, But I’m ready to learn
Of the power of love, The sound of your heart beating, Made it clear
Suddenly the feeling that I can’t go on, Is light years away
That all ends when I’m with you, Even though there may be times, It seems I’m far away
Never wonder where I am, Cause I am always by your side, We’re heading for something, Somewhere I’ve never been, Sometimes I am frightened, But I’m ready to learn
Of the power of love, The sound of your heart beating, Made it clear
Suddenly the feeling that I can’t go on, Is light years away
=====o0o=====
Setelah Caroline Lip-synch menyanyikan
lagu itu, kemudian Caroline mengganti judul lagunya yang lain, kini yang
berjudul “My Heat Will Go On” yang pernah dipopulerkan oleh Celine Dion pula.
Caroline tak menyadarinya jika disebelahnya sedang pada diperhatikan oleh kedua
orang tua itu pula, Sesekali Caroline menyeka air matanya kembali sambil
bernyanyi Lip-synch penuh dengan pengkhayatannya membuat kedua orang tua merasa
semakin iba pula tetapi masih pada terdiam saja.
“My
Heart Will Go
On”
Every night in my dreams, I see you. I
feel you
That is how I know you go on, Far across the distance
And spaces between us, You have come to show you go on
That is how I know you go on, Far across the distance
And spaces between us, You have come to show you go on
Near, far, wherever you are, I believe
that the heart does go on
Once more you open the door, And you’re here in my heart
And my heart will go on and on, Love can touch us one time, And last for a lifetime
And never go till we’re one, Love was when I loved you
One true time I hold to, In my life we’ll always go on
Once more you open the door, And you’re here in my heart
And my heart will go on and on, Love can touch us one time, And last for a lifetime
And never go till we’re one, Love was when I loved you
One true time I hold to, In my life we’ll always go on
Near, far, wherever you are, I believe
that the heart does go on
Once more you open the door, And you’re here in my heart
And my heart will go on and on, There is some love that will not, go away
Once more you open the door, And you’re here in my heart
And my heart will go on and on, There is some love that will not, go away
You’re here, there’s nothing I fear, And
I know that my heart will go on
We’ll stay forever this way, You are safe in my heart
And my heart will go on and on
We’ll stay forever this way, You are safe in my heart
And my heart will go on and on
=====o0o=====
Setelah lagu itu selesai,
Caroline mengganti judul lagu yang berikutnya dengan judul lagu “Unbreak My
Heart” yang pernah dipopulerkan oleh Toni Braxton itu.
“
U
n-
B
reak
M
y
H
eart”
Don't
leave me in all this pain
,
Don't
leave me out in the rain
Come back and bring back my smile
, C
ome
and take these tears away
I need your arms to hold me now
,
The
nights are so unkind
Bring back those nights when I held you beside me
Un-break my heart
,
Say
you'll love me again
Undo this hurt you caused
,
When
you walked out the door
And walked out of my life
,
Un-cry
these tears
I cried so many nights
,
Un-break
my heart
,
My
heart
Take back that sad word good-bye
,
Bring
back the joy to my life
Don't leave me here with these tears
,
Come
and kiss this pain away
I can't forget the day you left
,
Time
is so unkind
And life is so cruel without you here beside me
Un-break
my heart
,
Say
you'll love me again
Undo this hurt you caused
,
When
you walked out the door
And walked out of my life
,
Un-cry
these tears
I cried so many nights
,
Un-break
my heart
,
My
heart
Don't leave me in all this pain
,
Don't
leave me out in the rain
Bring back the nights when I held you beside me
Un-break my heart
,
Say
you'll love me again
Undo this hurt you caused
,
When
you walked out the door
And walked out of my life
,
Un-cry
this tears
I cried so many, many nights
,
Un-break
my
Un-break my heart oh baby
,
Come
back and say you love me
Un-break my heart
,
Sweet
darlin'
Without you I just can't go on
,
Can't
go on....
=====o0o=====
Setelah Caroline
mendengarkan dan sekaligus Lip-synch lagu itu dalam pengkhayatannya yang sangat
luar biasa, hingga tetap meneteskan air mata pula, kemudian Caroline menyetel
lagu yang berjudul “I Surrender” yang dipopulerkan oleh perempuan cantik,
Celine Dio itu kembali. Sepertinya Caroline telah hafal dengan semua lirik lagu
itu dan dalam media Music Player-nya komplit sekali dengan koleksi-koleksi lagu
‘Love Songs’ kesukaannya yang sangat difavoritkan juga. Sambil badannya
menyandar pada kursi Bis AC itu Caroline masih tetap memandang ke arah bagian
luar sekaligus dapat menyaksikan pemandangan dalam kegelapan malam yang kini
masih terguyur hujan yang sangat deras, disertai bunyi suara halilintar yang
sangat menggelegar dan sangat mengerikan. Sepertinya Caroline kini sedang
pasrah dan menyerah pada nasib yang sedang menimpanya, juga pada apa yang
sedang dihadapinya. Namun harus tetap dapat berjuang untuk dapat menujukkan
kebenaran dan keberhasilan pada orang-orang yang pada telah menyakitinya itu.
Niat dan tekad bulat kini tertanam dalam dirinya yang terdalam.
“I Surrender”
There's
so much life I've left to live and this fire's burning still
When I watch you look at me, I think I could find the will
To stand for every dream and forsake the solid ground
And give up this fear within of what would happen if they ever knew
I'm in love with you
When I watch you look at me, I think I could find the will
To stand for every dream and forsake the solid ground
And give up this fear within of what would happen if they ever knew
I'm in love with you
'Cause
I'd surrender everything to feel the chance to live again
I reach to you, I know you can feel it too, we'd make it through
A thousand dreams, I still believe, I'd make you give them all to me
I'd hold you in my arms and never let go, I surrender
I reach to you, I know you can feel it too, we'd make it through
A thousand dreams, I still believe, I'd make you give them all to me
I'd hold you in my arms and never let go, I surrender
I
know I can't survive another night away from you
You're the reason I go on and now I need to live the truth
Right now, there's no better time, from this fear I will break free
And I live again with love and, no, they can't take that away from me
And they will see, yeah
You're the reason I go on and now I need to live the truth
Right now, there's no better time, from this fear I will break free
And I live again with love and, no, they can't take that away from me
And they will see, yeah
Id
surrender everything to feel the chance to live again
I reach to you, I know you can feel it too, we'd make it through
A thousand dreams I still believe, I'd make you give them all to me
I'd hold you in my arms and never let go, I surrender
I reach to you, I know you can feel it too, we'd make it through
A thousand dreams I still believe, I'd make you give them all to me
I'd hold you in my arms and never let go, I surrender
Every
night's getting longer, And this fire's getting stronger, baby
I'll swallow my pride and I'll be alive, Can't you hear my call, I surrender
I'll swallow my pride and I'll be alive, Can't you hear my call, I surrender
I'd
surrender everything to feel the chance to live again
I reach to you, I know you can feel it too, we'll make it through
A thousand dreams I still believe, I'll make you give them all to me
I'll hold you in my arms and never let go, I surrender
I reach to you, I know you can feel it too, we'll make it through
A thousand dreams I still believe, I'll make you give them all to me
I'll hold you in my arms and never let go, I surrender
Right
here, right now, I give my life to live again
I'll break free, take me, my everything I surrender all to you
Right now, I give my life to live again
I'll break free, take me, my everything I surrender all to you
Right now, I give my life to live again, I'll break free, take me
I'll break free, take me, my everything I surrender all to you
Right now, I give my life to live again
I'll break free, take me, my everything I surrender all to you
Right now, I give my life to live again, I'll break free, take me
=====o0o=====
Alangkah Caroline
terperanjatnya ketika Ia akan mengganti judul lagu yang berikutnya lalu menatap
pada kedua orang tua yang telah pada duduk disampingnya sejak dari tadi itu,
dan disebelahnya seorang Ibu terlihat sedang menyeka air matanya juga, dan sedang
menatapnya pula, membuat Caroline kaget dan terperanjat heran pula. Caroline
lalu menyeka air matanya sendiri oleh tissue-nya kemudian berusaha untuk dapat tersenyum
pada Ibu yang masih menatapnya tajam sekali itu. Terlihat tatapan seorang Ibu
sangat tajam dan sangat mengandung arti pula, sambil menyeka air matanya pula. “Oh,
iya saya lupa. Selamat malam, Tante. Mau kemana, Tante dan Oom-nya ini?” Tanya
Caroline agak malu, kini memaksakan diri bertanya. “Selamat malam juga, Nak
Carol. Mau kemana, Nak Carol ini?” kata Ibu itu. “Oh, Tante sudah tahu nama
saya. Saya mau ke Jakarta, Tante. Tante sendiri mau kemana tah?” kata Caroline.
“Oh sama dong ya, Nak Carol. Aku dan suamiku pada mau ke Jakarta juga, Nak
Carol. Tadi adiknya atau siapa tuh manggilnya; Non Carol. Kami jadi pada tahu
namanya Carol.” Kata Ibu itu kalem dan ramah sambil menunjuk suaminya yang
berada duduk dikursi sebelahnya menyatu dengan mereka itu. Lalu Ibu itu melipat-lipat
tissue bekas menyeka air matanya tadi. “Oh, iya. Itu Siti, orang serumah dengan
saya, Tante.” Kata Caroline, menjadi teringat dengan pesan-pesan Siti itu,
harus dapat berhati-hati, apalagi Ia seorang perempuan pergi sendirian saja di
malam hari.
Sekian
=====o0o=====
Apa sajakah berbagai
rintangan yang selalu menghalanginya itu?
Siapakah teman yang baik dan teman yang tidak baik itu? Bagaimana
perjuangan mengungkap konspirasi dan provokatornya itu? Hikmah apa sajakah yang
dapat diperoleh dari kisah nyata seorang perempuan teraniaya namun berhati emas
dan mulia ini? Bagaimana sosok Caroline dapat menghadapi berbagai halangan dan semua
rintangan yang dihadapinya seperti:
Pengusiran Caroline Gladis
Firmansyah, Dikejar-Kejar SatPol PP, Bertemu Dengan Teman-Teman Di Jakarta,
Merintis Usaha Boutique CC&D, Berduet Bersama Pengamen, Ditangkap Polisi
Karena Narkoba / Psikotropika, Diusir Oleh Temannya Sendiri, Menghajar Pencuri
Di Mall, Nyanyi-Nyanyi Disekitar Bundaran Hotel Indonesia, Pameran CC&D,
Membantu Pasang Iklan, The Black Team, Pertengkaran Di Kantor, Bernyanyi Duet
Di Executive Lounge, Sumbangan Kemanusiaan Di Kelurahannya, Pengamen Itu Mantan
Dosen Kedua Orang, Tuanya Puteri Cantik Singgah Di Rumah Istananya, Selamatan
Qekah Bersama Anak-Anak Yatim Piatu, Musibah Pesawat Terbang Anak-Anak Pada
Meninggal Dunia, Musibah Banjir Bandang, Penyamaran Pada Terbongkar, Provokator
Terbongkar, Eight Dokters, Musuh Dalam Selimut Terbongkar, Ibadah Haji Bersama
– KepadaMu Kubersujud. Siapa sajakah yang selama bertahun-tahun ini menyamar di
dalam lingkungan kehidupan Caroline itu.? Mengapa mereka menyamar dan untuk apa
mereka menyamar.!?
Simak lengkap
dalam buku Kisah Nyata KepadaMu
Kubersujud ini.!!
=====o0o=====
Bersambung Pada Buku Kisah Nyata :
“Love Disclosure – True Story” Karya : F. I. Fatrick.
Jangan ngaku anak gaul jika tidak membaca buku-buku Karya
: F. I. Fatrick.
=== ==o0o=====
=== ==o0o=====